Rabu, 12 Maret 2008

GLAUKOMA, ada pelangi di bola matamu

Itulah sebuah bait lagu indah dari group band Zamrud, namun bagi kita, ini adalah pertanda buruk karena kemungkinan kita menderita penyakit mata Glaukoma.




Apakah Glaukoma itu ?
Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai dengan adanya peningkatan tekanan bola mata ( TBM ) disertai kerusakan saraf mata dan lapang pandang.

Untuk mudahnya, glaukoma dibagi dalam 2 jenis yaitu glaukoma primer dan sekunder, glaukoma primer dibagi 2 lagi yaitu glaukoma akut/sudut tertutup dan glaukoma kronis/sudut terbuka.Sedangkan glaukoma sekunder adalah glaukoma yang disebabkan oleh karena trauma, operasi mata atau adanya tumor pada mata.

Bagaimana gejala glaukoma akut ?
Gejala awal yaitu mata merah, pandangan seperti melihat adanya pelangi bila melihat bola lampu, nyeri kepala sebelah. Selanjutnya bila dibiarkan akan terjadi penurunan penglihatan secara mendadak, bahkan pada beberapa orang kadang-kadang sampai terjadi mual-mual dan muntah.

Apabila tekanan bola mata dan kemampuan penglihatan diukur saat itu maka akan menunjukkan tekanan yang sangat tinggi ( TBM normal = 15 - 20 mmHg ) dan penglihatan yang sangat buruk sehingga hanya dapat melihat lambaian tangan saja.
Karena glaukoma akut ini menyebabkan penglihatan menjadi sangat buruk secara tiba-tiba maka dapat diibaratkan sebagai si perampok penglihatan.

Bagaimana gejala glaukoma kronis ?
Pada umumnya gejalanya sangat ringan, mata tidak terlalu merah, nyeri kepala tidak terlalu hebat, kadang-kadang menyerupai penyakit flu atau pusing biasa dan penurunan kemampuan penglihatan tidak terlalu dirasakan. Karena semua gejala sangat ringan maka pada umumnya penderita hanya mengatasi keadaan diatas dengan memakan obat-obat sakit kepala atau flu, demikian terjadi berulang-ulang tanpa menyadari bahwa apabila pada saat itu diperiksa sudah terjadi kenaikan tekanan bola mata bahkan mungkin disertai kerusakan saraf optik dan lapang pandang.
Apabila keadaan ini dibiarkan terus menerus maka penderita pada umumnya tidak menyadari bahwa salah satu matanya tidak berfungsi, kalaupun masih berfungsi hanya dapat melihat seperti dalam teropong, terbatas dalam suatu lorong (
tunnel vision ) akibat kerusakan lapang pandang.
Karena glaukoma kronis ini menyebabkan penglihatan menjadi sangat buruk secara perlahan-lahan maka dapat diibaratkan sebagai
si pencuri penglihatan.

Bagaimana gejala glaukoma sekunder ?
Glaukoma jenis ini pada umumnya terjadi akibat adanya penyakit lain pada mata, akibat operasi mata, trauma mata atau tumor pada mata. Gejalanya tergantung pada penyebabnya, dapat berupa gejala yang ringan maupun yang berat namun pada dasarnya mirip dengan glaukoma primer.

Apakah penyebab glaukoma ?
Diyakini bahwa penyebab glaukoma adalah karena tersumbatnya aliran cairan bola mata atau produksi cairan bola mata yang berlebihan. Namun apa yang menyebabkan hal diatas terjadi pada glaukoma primer masih belum jelas diketahui.

Siapakah yang dapat terserang glaukoma ?
Semua orang pada usia diatas 40 tahun dapat saja terserang glaukoma, terutama orang yang mempunyai riwayat glaukoma dalam keluarga, namun demikian glaukoma dapat juga terjadi pada bayi.

Bagaimana pengobatan glaukoma ?
Apapun jenis glaukoma, penderita harus datang ke pusat pelayanan kesehatan terdekat untuk pemeriksaan tanda-tanda glaukoma, dalam hal ini pertolongan pertama akan menentukan kesembuhan. Keterlambatan meminta pertolongan dan kurangnya kemampuan dokter yang pertama menangani dapat menyebabkan penderita mengalami kebutaan.
Selanjutnya penderita harus dirujuk dan dirawat di Rumah Sakit dengan fasilitas yang lebih baik untuk proses pemeriksaan tekanan bola mata, saraf mata dan lapang pandang serta proses penurunan tekanan bola mata. Proses penurunan tekanan bola mata ini dapat dilakukan dengan pemberian obat-obatan antiglaukoma tetes atau tablet maupun intravena, namun apabila cara tersebut tidak berhasil maka dianjurkan untuk operasi dengan cara biasa maupun dengan LASER yang lebih canggih.

Namun perlu diketahui pula bahwa operasi pada glaukoma pada umumnya tidak untuk mengembalikan penglihatan yang telah rabun, operasi ditujukan untuk menurunkan TBM sehingga tidak terjadi kebutaan di kemudian hari.
Hal ini perlu diketahui oleh setiap pasien glaukoma agar tidak kecewa setelah dilakukan operasi.

Pencegahan.
Melakukan pemeriksaan tekanan bola mata terutama bila ada keluhan pada usia diatas 40 tahun atau bila terdapat riwayat glaukoma pada keluarga merupakan suatu cara untuk mencegah terjadinya glaukoma.

Hidajat Nerviadi Iksan, Bogor Medical Center dan

RS Karya Bhakti Bogor

Kamis, 06 Maret 2008

DONOR MATA, sebuah pengalaman mengambil mata donor

Pagi itu telpon dirumahku berdering, Bank Mata mengabarkan bahwa ada seorang peserta donor mata yang meninggal jam 6 pagi tadi. Aku segera bersiap karena akan dijemput oleh petugas Bank Mata untuk menuju lokasi.

Hari itu aku membatalkan semua perjanjian dengan Rumah Sakit karena harus segera melakukan tindakan operasi pengambilan mata donor.

Informasi mengenai jenazah sangat minim, sepanjang perjalanan menuju lokasi aku berpikir bagaimana situasi dirumah keluarga almarhum, bagaimana sikap penerimaannya, bagaimana sikap tetangga sekitarnya ?
Dalam 30 menit kami sampai di rumah almarhum, di daerah Gunung Batu Bogor. Situasi perkampungan cukup padat ,
yang sangat mengherankan adalah penerimaan keluarga almarhum yang sangat ramah, tidak ada muka sedih dan muka tidak bersahabat, demikian juga dengan tetangga sekitarnya.

Masuk kedalam rumah, aku melihat sesosok mayat yang terbujur di lantai ruang tamu ditutup dengan kain batik. Sejenak aku tertegun, tindakan ini sudah pernah aku lakukan tetapi 20 tahun yang lalu sewaktu masih kuliah dan itupun bersama seniorku.
Setelah rasa gugupku hilang , aku berdoa dan meminta ijin untuk melaksanakan tugasku mengambil bola mata.



Donor ini seorang wanita berumur 74 tahun, meninggal karena usia tua. Segera kusiapkan alat-alat untuk operasi dan melakukan enukleasi/pengambilan bola mata dibantu seorang anak almarhumah yang memegang lampu senter.
Dengan mengalami sedikit kesulitan karena melakukan tindakan dengan membungkuk dilantai dan kepala penuh keringat.


Akhirnya dalam 20 menit kedua bola mata sudah dapat diambil, memang lebih mudah mengambil bola mata pada mayat karena sama sekali tidak ada darah yang keluar.
Yang membuatku berkeringat adalah suasana rumah yang panas dan pengap serta pandangan keluarga dan tetangga yang ikut melihat proses tersebut.
Setelah meletakkan bola mata pada tempat khusus, membungkusnya dengan plastik dan memasukkan kedalam box styroform yang diisi es, aku segera mohon pamit.
Bola mata yang telah diambil tersebut harus segera sampai di RS Mata Aini dalam 6 jam setelah donor meninggal. Disana diawetkan lagi dengan cairan khusus yang dapat bertahan lebih lama sambil menunggu di cangkokkan pada pasien yang membutuhkannya.

Keluar dari rumah tersebut aku merasa sangat lega, rasanya terbebas dari beban yang sangat berat, selesai sudah tugasku sebagai ahli bedah mata mayat !
Dalam perjalanan pulang aku mengobrol dengan petugas Bank Mata, ternyata almarhumah adalah pengikut Jamaah Ahmadiyah, dimana suaminya juga diambil bola matanya sewaktu meninggal beberapa tahun yang lalu.
Diperkampungan itu juga terdapat beberapa pengikut Jamaah Ahmadiyah yang mendonorkan matanya.

Terjawab sudah pertanyaanku, mengapa mereka menyambutku dengan ramah, tanpa muka sedih dan muka bermusuhan, karena mereka sudah siap dan mengikhlaskan anggota keluarganya yang meninggal menjalani proses pengambilan bola mata, demikian juga dengan tetangga sekitarnya.



Jamaah Ahmadiyah adalah salah satu aliran dalam Islam yang mempunyai program donor mata pada anggotanya.
Bagi kami sebagai pelaksana pengambilan bola mata, tidak ada perbedaan pada suku, ras, agama atau keyakinan, karena bola mata tersebut sangat berguna bagi ribuan pasien yang menunggunya.



Menurut informasi, ada sekitar 400 donor mata di Bogor yang berasal dari Jamaah Ahmadiyah ini, sedangkan menurut data RS Mata Aini ada sekitar 1400 pasien/resipien yang mengantri untuk mendapatkan donor mata.

Betapa berharganya bola mata tersebut dan betapa mulianya seorang yang menjadi donor mata.

Hidajat Nerviadi Iksan, BOGOR MEDICAL CENTER dan RS Karya Bhakti Bogor