Senin, 28 April 2008

AGE RELATED MACULAR DEGENERATION




Age Related Macular Degeneration ( AMD ), adalah kelainan pada mata berupa proses degenerasi pada makula lutea ( bagian dari saraf mata yang berfungsi untuk penglihatan sentral ).






Kelainan ini pada umumnya terjadi pada 10% orangtua diatas 60 tahun dan frekwensinya makin bertambah seiring dengan bertambahnya umur.
Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa 70% penderita dengan kelainan ini akan mengalami kebutaan.



Gejala utama kelainan ini adalah adanya bercak hitam yang menghalangi penglihatan.
Adanya bercak ini menyebabkan penderita melihat ada sesuatu yang menutup/mengganggu obyek yang dilihat, antara lain dapat berupa perubahan bentuk garis menjadi bengkok, atau televisi tidak terlihat gambarnya, atau wajah tidak terlihat mata, hidung dan lain lain atau bahkan wajahnya samasekali tidak terlihat, hanya kepalanya saja.


Penyebab kelainan ini adalah kerusakan pada pusat penglihatan sentral mata di retina akibat adanya kerusakan pada sistim pembuangan sel-sel saraf yang telah mati.






Mengapa tidak semua orang tua menderita kelainan ini ?
Beberapa kondisi atau penyakit yang berhubungan dengan kelainan ini antara lain : jenis kelamin, dimana wanita lebih banyak terserang daripada laki-laki, adanya penyakit tekanan darah tinggi, hiperkholesterol, obesitas, perokok , kekurangan nutrisi dan adanya riwayat penyakit yang sama dalam keluarga.

Pada jaman dahulu, kaburnya penglihatan ini dianggap penyakit tua karena belum adanya alat dan tindakan yang canggih untuk mengatasinya.
Sekarang kelainan ini dapat dideteksi dengan mudah, namun masih terbatas di kota-kota besar saja karena mahalnya alat.

Bagaimana mengatasinya ?
Pengobatan untuk kelainan ini masih menjadi kendala karena harga obat yang sangat mahal.
Obat ini berupa cairan yang disuntikkan kedalam bola mata setiap b
ulan selama 3 bulan dengan harga obat sekali suntik sekitar 15 juta !
Sehingga untuk di Indonesia, pengobatan ini hanya untuk orang-orang yang mampu saja sedangkan kelainan ini menyerang siapa saja baik kaya atau miskin.
Selain
dengan obat, dapat juga dilakukan tindakan Laser untuk mencegah terjadinya kerusakan lebih lanjut.
Diluar negeri juga telah dilakukan operasi untuk kelainan ini, berupa pengangkatan jaringan sistim pembuangan saraf yang rusak, namun hal ini memerlukan ketelitian yang sangat tinggi sehingga tidak terangkat jaringan yang masih bagus dan justru menimbulkan kebutaan
.

Pencegahan lebih penting daripada pengobatan.


Hal ini dapat dilakukan dengan mencegah terjadinya penyakit-penyakit diatas, mengurangi makanan berlemak dan mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung komponen-komponen yang berguna bagi saraf mata, terutama sayur dan buah-buahan.
Atau dapat juga mengkonsumsi suplemen yang komposisinya terdiri dari bahan-bahan yang berguna bagi saraf mata terutama untuk orang tua antara lain yang mengandung vitamin C, vitamin E dan betakaroten.



Marilah kita menjadi tua dengan mata yang tetap berkualitas !


Hidajat Nerviadi Iksan, Bogor Medical Center
dan RS Karya Bhakti Bogor





Jumat, 25 April 2008

COMPUTER VISION SYNDROME

Seperti kata Tukul :…kembali ke laptop !
Kata-kata ini merupakan manifestasi bahwa penggunaan komputer atau laptop dilingkungan kerja atau rumah sudah merupakan hal yang biasa dan sudah menjadi bagian dari kehidupan kita.



Penggunaan komputer disamping terbukti meningkatkan produktivitas dan efisiensi kerja namun tern
yata juga dapat menimbulkan gangguan kesehatan khususnya mata. Melihat besarnya penggunaan komputer dalam kehidupan manusia, tentu perlu suatu cara untuk mengantisipasi efek negatif yang dapat ditimbulkannya.

Computer Vision Syndrome ( CVS ), adalah salah satu bentuk dampak negatif akibat pemakaian komputer atau Video Display Terminal ( VDT ).
Kelainan ini berupa sekumpulan gejala atau sindroma baik yang berhubungan dengan mata atau tidak, setelah bekerja didepan komputer.
Secara awam dapat dikatakan ada 3 mekanisme yang berkaitan yaitu perubahan permukaan mata, perubahan mekanisme akomodatif dan perubahan yang tidak berkaitan dengan mata.

Gejala CVS yang berhubungan dengan mata adalah kelelahan dan ketegangan mata, mata kering dan penglihatan buram, sedangkan yang tidak berhubungan dengan mata antara lain sakit kepala, nyeri leher dan punggung.
Gejala CVS terjadi pada 75% pengguna komputer selama 6 sampai 9 jam sehari dan 9 sampai 12% diantaranya datang ke spesialis mata.

Penyebab perubahan permukaan mata berupa mata terasa kering atau berpasir antara lain adalah faktor lingkungan seperti penggunaan penyejuk udara, kipas angin, debu, penurunan refleks kedip, penyakit sistemik, penggunaan obat-obatan dan penggunaan lensa kontak.

Perubahan mekanisme akomodatif timbul karena huruf pada layar komputer sangat berbeda dengan teks pada kertas karena terbentuk dari titik-titik kecil yang tersusun dan membentuk huruf atau angka yang disebut pixels.
Telah dibuktikan bahwa mata lebih sulit fokus pada tulisan ini sehingga mata akan berakomodasi terus menerus agar tulisan menjadi jelas,akibatnya timbul kelelahan otot mata.
Akomodasi yang terus menerus pada jarak dekat diduga ikut berperan sebagai penyebab timbulnya mata minus, namun belum ada literatur yang menyatakan bahwa pengguna komputer memiliki resiko lebih tinggi dibandingkan dengan yang bukan pengguna komputer.

Perubahan yang tidak berkaitan dengan mata timbul karena gangguan tajam penglihatan mempengaruhi organ tubuh yang lain seperti otot.
Pengguna komputer yang melihat tulisan tidak jelas pada monitor komputer memicu pergerakan kepala, leher dan bahu kedepan yang pada akhirnya akan menimbulkan nyeri otot.

Karakteristik komputer juga berpengaruh pada penglihatan, antara lain kualitas display, makin tinggi resolusi layar komputer maka huruf atau gambar akan makin tegas sehingga mata akan lebih jelas melihat tanpa akomodasi yang berlebihan, demikian juga karakter tulisan yang berwarna gelap dengan latar yang lebih terang akan menambah kenyamanan dan mengurangi kelelahan mata.

Pencahayaan yang kurang baik atau terlalu terang dapat menimbulkan efek silau sehingga karakter huruf atau gambar pada layar monitor menjadi kabur.
Layar komputer menghasilkan sinar alfa, beta dan sinar x dan radiasi ion telah diketahui dapat mengg
angu stabilitas sel tubuh dengan cara merusak ikatan kimia sehingga dapat mempengaruhi stabilitas sel-sel saraf mata,

Untuk mengatasi CVS diperlukan pendekatan multisektoral sesuai dengan keluhan yang bervariasi.
Pencahayaan yang tepat pada ruang kerja akan menghasilkan kenyamanan sehingga dapat mengurangi kelelahan mata. Pemberian filter anti silau tidak akan mengurangi gejala mata lelah namun terbukti dapat mengurangi silau dan meningkatan kontras pada layar monitor.

Posisi layar dan posisi duduk harus sesuai, posisi layar sebaiknya diletakkan 5-6 inchi dibawah garis pandang mata agar dapat tercapai posisi ergonomis sehingga keluhan nyeri kepala, leher dan punggung akan berkurang.
Pemakaian kacamata sangat dianjurkan bagi pengguna komputer yang mempunyai gangguan refraksi, terutama pengguna yang memakai kacamata baca.
Disarankan untuk memakai kacamata multifokal yang mempunyai fokus untuk melihat jauh, sedang ( layar monitor ) dan dekat ( teks ).

Besarnya dampak yang ditimbulkan akibat CVS dapat terjadi secara langsung maupun tak langsung yaitu berupa menurunnya produktivitas dan efisiensi pekerja, oleh karena itu perlu diwaspadai adanya ancaman CVS .

Selalu istirahatkan mata setelah bekerja 2 jam didepan komputer dengan cara memandang jauh atau memejamkan mata selama 10 menit, atau .........tutup saja komputer atau laptop anda !

Hidajat Nerviadi Iksan , Bogor Medical Center dan

RS Karya Bhakti Bogor

Sumber : buletin PERDAMI

Minggu, 20 April 2008

OPERASI MASSAL, operasi katarak bagi keluarga miskin

Di Indonesia, katarak merupakan penyebab kebutaan nomor 1 dengan angka kejadian sekitar 1.5% dari total populasi penduduk, dapat dibayangkan berapa jumlah penderita katarak di Indonesia saat ini.
Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan telah lama mengadakan berbagai program untuk mengatasi kebutaan karena katarak yang pada umumnya diderita oleh keluarga miskin.




Awalnya para penderita tersebut dioperasi di Rumah Sakit Pemerintah dengan menggunakan fasilitas Kartu Sehat atau Surat Keterangan Tidak Mampu. Namun dengan meningkatnya jumlah pasien katarak, Rumah Sakit tidak mampu menangani karena juga harus melakukan operasi pada pasien katarak yang mampu membayar sedangkan ruangan operasi terbatas.

Untuk me
ngatasi hal tersebut, Depkes membentuk Balai Kesehatan Mata Masyarakat ( BKMM ) di beberapa kota besar, sehingga pelayanan bagi pasien yang tidak mampu lebih terfokus. Karena BKMM terdapat di kota besar, akibatnya masih banyak pasien katarak didaerah terpencil atau pedalaman yang tidak tertangani.
Depkes jug
a mengadakan Unit Mobil Operasi Keliling ( UMOK ), yaitu sebuah bus besar yang di desain sedemikian rupa sehingga dapat untuk melakukan operasi katarak, dilengkapi dengan mikroskop operasi layaknya sebuah kamar operasi di Rumah Sakit. Sayangnya bus ini tidak dapat menjangkau pelosok karena besarnya kendaraan, sehingga pada umumnya hanya sampai di puskesmas yang dekat dengan jalan raya.

Dengan berbagai cara Depkes berusaha meningkatkan pencapaian operasi katarak un
tuk mencegah kebutaan, antara lain dengan sistim rujukan spesialis mata secara periodik untuk daerah terpencil, bekerja sama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat didalam dan luar negeri untuk mendapatkan dana operasional.

Saat ini operasi katarak massal dilaksanakan di Puskesmas Perawatan yang tersebar diseluruh Indonesia, dilaksanakan oleh spesialis mata setempat atau bekerja sama dengan Perdami ( Perhimpunan Spesialis Mata Indonesia ) baik Pusat maupun Cabang bagi daerah yang kekurangan spesialis mata.
Sistim ini dilaksanakan dengan cara melakukan pemeriksaan mata secara rutin oleh dokter puskesmas yang telah dilatih. Pasien katarak dengan kriteria tertentu, antara lain telah kataraknya telah masak, tanpa komplikasi, dewasa/orangtua dikumpulkan pada hari tertentu untuk mendapatkan pelayanan operasi katarak gratis.

Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor telah melaksanakan sistim tersebut dan menunjuk Puskesmas Leuwiliang Kabupaten Bogor sebagai pionir, yang kemudian diikuti dengan beberapa Puskesmas Perawatan di Bogor
Operasi dimulai sejak tahun 1986 bertempat di Puskesmas Perawatan, dengan ruangan dan alat yang masih sederhana namun memenuhi standar untuk o
perasi katarak.

Dengan telah dibangunnya Rumah Sakit Daerah Leuwiliang, maka kegiatan operasi katarak juga pindah ketempat baru yang lebih besar dan memenuhi syarat.

Secara
rutin dilakukan operasi katarak terhadap 20 sampai 25 pasien katarak setiap bulan yang telah melalui seleksi oleh dokter puskesmas maupun spesialis mata setempat.
Pada umumnya mereka adalah pasien yang tidak mampu
dan tidak hanya datang dari kabupaten Bogor, namun juga berasal dari kabupaten tetangga seperti Depok dan Rangkasbitung.

Setelah operasi pasien dibekali dengan obat-obatan dan boleh pulang namun harus kontrol 3 hari kemudian untuk melihat hasil operasi.


Pada awalnya operasi dilakukan dengan hanya menggunakan loupe/kacamata pembesar saja, namun dengan keberhasilan pencapaian target maka Rumah Sakit mendapat bantuan mikroskop operasi.


Adanya mikroskop operasi sangat membantu karena pada saat operasi sekaligus juga dilakukan pemasangan lensa tanam ( Intra Ocular Lens ) agar pasien tidak memakai kacamata tebal seperti operasi pada jaman dahulu.

Pencapaian target selalu meningkat dari tahun ke tahun sehingga target juga selalu dinaikkan agar lebih banyak pasien katarak dapat terhindar dari kebutaan.
Pasien katarak tidak akan pernah habis karena umur harapan hidup penduduk Indonesia juga meningkat, namun demikian ternyata masih banyak juga masyarakat yang belum mengetahui apakah katarak dan bagaimana cara mengatasinya sehingga hanya dianggap penyakit tua dan menjadi buta.

Hidajat Nerviadi Iksan, Bogor Medical Center dan
RS Karya Bhakti Bogor