
Hari itu aku membatalkan semua perjanjian dengan Rumah Sakit karena harus segera melakukan tindakan operasi pengambilan mata donor.
Informasi mengenai jenazah sangat minim, sepanjang perjalanan menuju lokasi aku berpikir bagaimana situasi dirumah keluarga almarhum, bagaimana sikap penerimaannya, bagaimana sikap tetangga sekitarnya ?
Dalam 30 menit kami sampai di rumah almarhum, di daerah Gunung Batu Bogor. Situasi perkampungan cukup padat , yang sangat mengherankan adalah penerimaan keluarga almarhum yang sangat ramah, tidak ada muka sedih dan muka tidak bersahabat, demikian juga dengan tetangga sekitarnya.



Yang membuatku berkeringat adalah suasana rumah yang panas dan pengap serta pandangan keluarga dan tetangga yang ikut melihat proses tersebut.
Bola mata yang telah diambil tersebut harus segera sampai di RS Mata Aini dalam 6 jam setelah donor meninggal. Disana diawetkan lagi dengan cairan khusus yang dapat bertahan lebih lama sambil menunggu di cangkokkan pada pasien yang membutuhkannya.
Dalam perjalanan pulang aku mengobrol dengan petugas Bank Mata, ternyata almarhumah adalah pengikut Jamaah Ahmadiyah, dimana suaminya juga diambil bola matanya sewaktu meninggal beberapa tahun yang lalu.
Terjawab sudah pertanyaanku, mengapa mereka menyambutku dengan ramah, tanpa muka sedih dan muka bermusuhan, karena mereka sudah siap dan mengikhlaskan anggota keluarganya yang meninggal menjalani proses pengambilan bola mata, demikian juga dengan tetangga sekitarnya.
Jamaah Ahmadiyah adalah salah satu aliran dalam Islam yang mempunyai program donor mata pada anggotanya.
Bagi kami sebagai pelaksana pengambilan bola mata, tidak ada perbedaan pada suku, ras, agama atau keyakinan, karena bola mata tersebut sangat berguna bagi ribuan pasien yang menunggunya.
Hidajat Nerviadi Iksan, BOGOR MEDICAL CENTER dan RS Karya Bhakti Bogor
1 komentar:
posting yang menarik.
salam
Posting Komentar