Minggu, 20 April 2008

OPERASI MASSAL, operasi katarak bagi keluarga miskin

Di Indonesia, katarak merupakan penyebab kebutaan nomor 1 dengan angka kejadian sekitar 1.5% dari total populasi penduduk, dapat dibayangkan berapa jumlah penderita katarak di Indonesia saat ini.
Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan telah lama mengadakan berbagai program untuk mengatasi kebutaan karena katarak yang pada umumnya diderita oleh keluarga miskin.




Awalnya para penderita tersebut dioperasi di Rumah Sakit Pemerintah dengan menggunakan fasilitas Kartu Sehat atau Surat Keterangan Tidak Mampu. Namun dengan meningkatnya jumlah pasien katarak, Rumah Sakit tidak mampu menangani karena juga harus melakukan operasi pada pasien katarak yang mampu membayar sedangkan ruangan operasi terbatas.

Untuk me
ngatasi hal tersebut, Depkes membentuk Balai Kesehatan Mata Masyarakat ( BKMM ) di beberapa kota besar, sehingga pelayanan bagi pasien yang tidak mampu lebih terfokus. Karena BKMM terdapat di kota besar, akibatnya masih banyak pasien katarak didaerah terpencil atau pedalaman yang tidak tertangani.
Depkes jug
a mengadakan Unit Mobil Operasi Keliling ( UMOK ), yaitu sebuah bus besar yang di desain sedemikian rupa sehingga dapat untuk melakukan operasi katarak, dilengkapi dengan mikroskop operasi layaknya sebuah kamar operasi di Rumah Sakit. Sayangnya bus ini tidak dapat menjangkau pelosok karena besarnya kendaraan, sehingga pada umumnya hanya sampai di puskesmas yang dekat dengan jalan raya.

Dengan berbagai cara Depkes berusaha meningkatkan pencapaian operasi katarak un
tuk mencegah kebutaan, antara lain dengan sistim rujukan spesialis mata secara periodik untuk daerah terpencil, bekerja sama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat didalam dan luar negeri untuk mendapatkan dana operasional.

Saat ini operasi katarak massal dilaksanakan di Puskesmas Perawatan yang tersebar diseluruh Indonesia, dilaksanakan oleh spesialis mata setempat atau bekerja sama dengan Perdami ( Perhimpunan Spesialis Mata Indonesia ) baik Pusat maupun Cabang bagi daerah yang kekurangan spesialis mata.
Sistim ini dilaksanakan dengan cara melakukan pemeriksaan mata secara rutin oleh dokter puskesmas yang telah dilatih. Pasien katarak dengan kriteria tertentu, antara lain telah kataraknya telah masak, tanpa komplikasi, dewasa/orangtua dikumpulkan pada hari tertentu untuk mendapatkan pelayanan operasi katarak gratis.

Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor telah melaksanakan sistim tersebut dan menunjuk Puskesmas Leuwiliang Kabupaten Bogor sebagai pionir, yang kemudian diikuti dengan beberapa Puskesmas Perawatan di Bogor
Operasi dimulai sejak tahun 1986 bertempat di Puskesmas Perawatan, dengan ruangan dan alat yang masih sederhana namun memenuhi standar untuk o
perasi katarak.

Dengan telah dibangunnya Rumah Sakit Daerah Leuwiliang, maka kegiatan operasi katarak juga pindah ketempat baru yang lebih besar dan memenuhi syarat.

Secara
rutin dilakukan operasi katarak terhadap 20 sampai 25 pasien katarak setiap bulan yang telah melalui seleksi oleh dokter puskesmas maupun spesialis mata setempat.
Pada umumnya mereka adalah pasien yang tidak mampu
dan tidak hanya datang dari kabupaten Bogor, namun juga berasal dari kabupaten tetangga seperti Depok dan Rangkasbitung.

Setelah operasi pasien dibekali dengan obat-obatan dan boleh pulang namun harus kontrol 3 hari kemudian untuk melihat hasil operasi.


Pada awalnya operasi dilakukan dengan hanya menggunakan loupe/kacamata pembesar saja, namun dengan keberhasilan pencapaian target maka Rumah Sakit mendapat bantuan mikroskop operasi.


Adanya mikroskop operasi sangat membantu karena pada saat operasi sekaligus juga dilakukan pemasangan lensa tanam ( Intra Ocular Lens ) agar pasien tidak memakai kacamata tebal seperti operasi pada jaman dahulu.

Pencapaian target selalu meningkat dari tahun ke tahun sehingga target juga selalu dinaikkan agar lebih banyak pasien katarak dapat terhindar dari kebutaan.
Pasien katarak tidak akan pernah habis karena umur harapan hidup penduduk Indonesia juga meningkat, namun demikian ternyata masih banyak juga masyarakat yang belum mengetahui apakah katarak dan bagaimana cara mengatasinya sehingga hanya dianggap penyakit tua dan menjadi buta.

Hidajat Nerviadi Iksan, Bogor Medical Center dan
RS Karya Bhakti Bogor

Tidak ada komentar: